Pada hari Kamis, tanggal
28 Febuari, kelas kami membahas hasil wawancara dengan psikolog klinis dewasa
dan klinis anak mengenai teknik wawancara yang sering mereka gunakan. Pengertian
wawancara menurut subjek masing-masing berbeda, ada yang mengatakan bahwa
teknik wawancara adalah metode,
teknik dan cara bagi kita untuk menggali informasi mengenai seseorang, ada juga
yang mengatakan bahwa teknik wawancara adalah sebuah
kegiatan yang melibatkan suatu proses tanya jawab tapi tidak terbatas pada itu
dan memiliki tujuan yang berbeda-beda.
Pada dasarnya teknik wawancara adalah modal utama bagi para calon psikolog
untuk mengenal klien selain teknik observasi. Banyak hal yang dapat diungkap
ketika seorang psikolog mewawancarai klien. Untuk mengenal klien juga dapat
digunakan alat tes. Namun, alat tes hanya sebagai alat bantu psikolog tersebut.
Disamping itu, klien dapat melakukan faking
good saat menjalani tes dengan alat tes. Namun ketika kita mewawancarai
klien, kita dapat melihat secara langsung gerak-gerik mereka apakah mereka faking good atau tidak, dan sebagainya. Namun
penggunaan teknik wawancara juga memiliki kelebihan dan kekurangan
masing-masing. Kelebihan teknik wawancara diantaranya adalah: dapat menggali
lebih dalam informasi mengenai klien,praktis,
dan tidak memerlukan
waktu yang lama.
Kelemahannya adalah data yang didapat belum tentu akurat, ada beberapa data
subjek yang tidak dapat digali dengan menggunakan wawancara, pembicaraan pada
saat wawancara melebar atau tidak fokus pada permasalahan, dan terkadang
psikolog sendiri tidak hear and now.
Terdapat masalah-masalah saat mengaplikasikan teknik wawancara,
diantaranya: terkadang informasi yang didapat belum tentu akurat, dan jujur.
Biasanya hal seperti ini yang dialami oleh psikolog klinis anak, dimana
informasi yang didapat bersumber dari orang tua klien. Orang tua terkadang
denial akan keburukan yang dilakukan anaknya, sehingga psikolog kesulitan akan
ketidak-akuratan informasi. Masalah kecocokan juga menjadi masalah saat
mengaplikasikan teknik wawancara. Ketika seorang klien merasa tidak memiliki
kecocokan maka data yang didapat tidak sepenuhnya atau bahkan terapi tidak akan
berjalan lagi. Selain itu, masalah memori juga menjadi masalah saat
mengaplikasikan wawancara, terkadang psikolog sendiri lupa apa yang akan ia
tanyakan pada klien. Penanganan masalah tersebut juga telah dilakukan,
diantaranya memiliki awareness, agar
psikolog berfokus pada subjek, serta menambah wawasan mengenai kehidupan.
Pada dasarnya teknik wawancara akan baik dilakukan oleh seorang psikolog
jika ia telah memiliki jam terbang yang lama, karena pada setiap praktiknya
akan melatih kemampuannya terus menerus. Setiap wawancara akan ada baiknya jika
kita mencatat atau merekam. Merekam dapat dilakukan jika sudah ada persetujuan
dari klien. Hal itu dapat menghindarkan kita dari sifat pelupa, dimana
kemampuan memori kita pastinya terbatas. Berusaha tetap fokus pada klien juga
menghindarkan kita dari pembicaraan yang tidak terarah. Pada saat melakukan
wawancara ada baiknya dilakukan secara terstruktur, agar kita tidak mengikuti
masalah klien sehingga menjadi terbawa dengan klien. Selain itu ingat mengenai
bidang kita masing-masing. Jika kita telah berfokus pada salah satu bidang,
misalnya psikolog klinis dewasa, tetaplah bekerja pada masalah-masalah yang
dihadapi pada klien dewasa. Kita tidak boleh terjun ke dalam bidang yang tidak
sesuai dengan bidang kita, karena hal tersebut tidak kita pelajari secara
mendalam. Seorang psikolog klinis dewasa yang akan melakukan wawancara atau
tindak lanjut berikutnya terhadap masalah seorang anak kecil, haruslah
mengikuti pelatihan secara khusus terlebih dahulu.
No comments:
Post a Comment